Olahraga memang baik untuk kesehatan tubuh. Bila dilakukan secara rutin, olahraga dapat memberikan banyak manfaat, antara lain meningkatkan stamina, menjaga kebugaran tubuh, dan mencegah berbagai macam penyakit. Namun, segala sesuatu yang dilakukan secara berlebihan justru akan memberikan dampak yang tidak baik, termasuk olahraga. Jadi, hati-hati buat kamu yang sering berolahraga terlalu keras, karena ada bahaya medial tibial stress syndrome yang mengintai. Medial tibial stress syndrome (MTSS) yang dikenal juga dengan sebutan “shin splints” adalah cedera stres berulang yang menyebabkan rasa sakit di sepanjang tepi bagian dalam tulang kering. Reaksi stres dari tibia dan otot-otot disekitarnya ini terjadi karena tubuh belum benar-benar pulih dengan baik dari kontraksi otot dan cedera tibial yang sudah sering terjadi sebelumnya.
Medial tibial stress syndrome paling sering dialami oleh para atlet atau orang yang sering melakukan aktivitas fisik yang menuntut untuk banyak berlari dan melompat. Dari semua cedera yang dialami oleh pelari, 13–17% diantaranya disebabkan oleh medial tibial stress syndrome berulang. Penari aerobik juga berisiko sebanyak 22% mengalami MTSS. Sedangkan orang militer yang menjalani pelatihan dasar, memiliki risiko cedera MTSS sebanyak 4–8%.
Gejala medial tibial stress syndrome adalah berupa rasa sakit di bagian bawah kaki antara lutut dan pergelangan kaki. Lebih tepatnya lagi, cedera medial tibial stress syndrome terletak di bagian tengah hingga sepertiga bagian bawah arterial atau lateral tibia (tulang kering), yang lebih besar dari dua tulang tungkai bawah. Meskipun kebanyakan kasus medial tibial stress syndrome tidak terlalu serius, tetapi bila tidak ditangani dengan benar, MTSS juga berpotensi untuk berkembang menjadi komplikasi yang lebih serius dan menyebabkan kelumpuhan.
Penyebab pasti cedera medial tibial stress syndrome masih belum diketahui. Namun cedera MTSS, sering dikaitkan dengan terlalu besarnya tekanan pada kaki bawah karena adanya ketidakwajaran biomekanik. Hal ini yang mengakibatkan semakin besarnya stres yang diberikan pada tibia atau tulang kering. Meningkatkan intensitas atau frekuensi olahraga secara tiba-tiba membuat otot yang belum siap mengalami stres dan akhirnya cedera. Stres yang berulang inilah yang dikaitkan dengan terjadinya medial tibial stress syndrome. Ketidakseimbangan otot, otot-otot kaki bawah (termasuk otot gastrocnemius, soleus, dan plantar) yang lemah dan kaku dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya MTSS.
Sedangkan rasa sakit yang timbul di daerah tulang kering, berasal dari gangguan serat Sharpey yang menghubungkan medial soleus fascia melalui periosteum tibia di mana ia dimasukkan ke dalam tulang. Bila stres otot terus berulang, dampaknya adalah eksentrik soleus akan mengalami kelelahan dan membuat tibial semakin membungkuk hingga akhirnya menyebabkan kondisi medial tibial stress syndrome. Kondisi MTSS ini bisa menjadi semakin buruk bila melakukan aktivitas, seperti berlari di jalanan menanjak serta menurun dan di atas medan yang tidak rata atau di permukaan yang keras. Menggunakan alas kaki yang tidak tepat saat berolahraga juga ikut memicu terjadinya cedera medial tibial stress syndrome.
Cedera medial tibial stress syndrome bisa ditangani sendiri dengan melakukan perawatan di rumah. Kamu yang mengalami MTSS disarankan untuk banyak beristirahat dan mengompres kaki bagian bawah dengan es yang dibungkus handuk secara rutin. Istirahat dan kompres es bermanfaat untuk mengurangi peradangan dan rasa nyeri. Pastikan rasa sakit atau bengkak sudah benar-benar mereda sebelum kembali beraktivitas. Setelah rasa sakit mereda, kamu bisa melakukan latihan ringan untuk menguatkan kembali otot tungkai bawah dan pinggul.
Setelah itu, kamu pun disarankan untuk kembali beraktivitas secara bertahap dengan tingkat intensitas yang rendah dulu. Setelah beberapa minggu, kamu baru bisa beraktivitas dengan normal. Namun bila rasa sakit kembali lagi, turunkan tingkat aktivitas kamu ya.
Semoga artikel ini dapat membantu pemahaman Anda tentang medial tibial stress syndrome. Apabila anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi kami agar kami dapat membantu anda mengatasi keluhan yang dialami.
Author: Kartika K. Soegengwibowo
Kartika Kanastari Soegengwibowo adalah fisioterapis olahraga lulusan Universitas Indonesia jurusan Fisioterapi yang melanjutkan pendidikannya di universitas swasta di Jakarta dengan jurusan yang sama, namun fokus pada penanganan cedera olahraga. Sejak duduk di bangku SMP sudah menyukai kegiatan menulis terutama menulis essay. Hingga saat ini selain bekerja sebagai seorang fisioterapis olahraga, kegemarannya dalam menulis tetap tersalurkan dengan banyak membuat tulisan dan artikel-artikel kesehatan.
Comentarios