Dry Needling untuk Mengatasi Gangguan Muskuloskeletal dan Neuromuskular
- Physio Medical Clinic
- 1 Jul
- 2 menit membaca
Dry needling adalah prosedur penanganan nyeri sendi dan otot dengan cara menusukkan jarum akupuntur di sekitar area pemicu rasa nyeri untuk melancarkan aliran darah. Prosedur ini dinamakan "dry needling" karena jarum yang ditusukkan ke tubuh pasien bersifat "kering" atau tidak mengandung obat apa pun. Biasanya prosedur ini dilakukan untuk mengatasi cedera pada persendian dan tendon, sakit kepala, saraf kejepit, nyeri pada panggul, kram, dan nyeri tulang belakang. Saat proses penusukkan jarum berlangsung, mungkin pasien akan merasakan sakit atau tidak nyaman. Lalu, ada juga yang tidak merasakan apa-apa karena jarum yang digunakan sangat kecil. Meski begitu, prosedur ini sangat bermanfaat untuk meredakan ketegangan otot.

Sederhananya, dry needling digunakan untuk merangsang titik pemicu rasa nyeri atau ketegangan untuk melancarkan aliran darah. Jadi, ketika otot digunakan terlalu banyak, jaringan otot akan kesulitan mendapat pasokan darah yang cukup. Ketika tidak mendapat aliran darah yang cukup, jaringan otot pun tidak akan mendapat oksigen dan nutrisi agar bisa beraktivitas dan beristirahat secara normal. Kondisi ini, akan membuat jaringan di sekitar titik pusat rasa nyeri akan menjadi lebih asam. Saat inilah, pasien akan merasakan sakit. Jadi, jarum yang ditusukkan oleh dokter, akan merangsang titik pusat rasa nyeri untuk mengembalikan aliran darah seperti sedia kala. Tusukan ini juga akan merangsang otak untuk melepaskan hormon endorfin. Hormon ini sangat berguna untuk meredakan rasa nyeri. Beberapa orang memang dapat langsung merasakan meredanya rasa sakit dan peningkatan kemampuan bergerak setelah sesi dry needling selesai. Namun, banyak orang juga yang membutuhkan lebih dari satu kali sesi untuk merasakan manfaatnya.
Terapi dry needling berbasis pada sistem fisiologi dan harus dilakukan oleh dokter yang telah tersertifikasi. Prosesnya sendiri tidak sesederhana yang dibayangkan karena dokter harus menemukan trigger point masing-masing otot sesuai dengan keluhan pasien dan hasil pemeriksaan. Pada saat proses terapi pasien akan merasakan Local Twitch Response (LTR) atau muscle dancing di area trigger point yang terkena. Pada kondisi ini pasien harus tenang dan relaks karena kemunculan muscle dancing tidak bisa diprediksi. Saat hal ini terjadi, pasien harus tetap tenang dan tidak berusaha menarik bagian otot yang sedang diterapi. Otot yang sehat terasa sedikit tidak nyaman dengan penusukan jarum, namun otot yang sensitif dan memendek atau memiliki trigger point di dalamnya akan merasakan sensasi seperti otot kram. Tusukan ini dapat menimbulkan kedutan jika mengenai trigger point. Dry needling berbeda dengan akupunktur. Ilmu akupunktur berdasar pada teori dari kedokteran Cina tradisional, sementara dry needling berdasarkan pada studi ilmiah modern neuroanatomi Barat dan sistem saraf, otot dan tulang. Teknik ini dilakukan dengan pendekatan Fascia Adhesion Model (FAM). Walaupun demikian dry needling dan akupunktur sama-sama menggunakan alat yang sama, yaitu jarum filiform.
Semoga artikel ini dapat membantu pemahaman Anda tentang dry needling. Apabila anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi kami agar kami dapat membantu anda mengatasi keluhan yang dialami.
Author: Kartika K. Soegengwibowo
Kartika Kanastari Soegengwibowo adalah fisioterapis olahraga lulusan Universitas Indonesia jurusan Fisioterapi yang melanjutkan pendidikannya di universitas swasta di Jakarta dengan jurusan yang sama, namun fokus pada penanganan cedera olahraga. Sejak duduk di bangku SMP sudah menyukai kegiatan menulis terutama menulis essay. Hingga saat ini selain bekerja sebagai seorang fisioterapis olahraga, kegemarannya dalam menulis tersalurkan dengan banyak membuat tulisan dan artikel-artikel kesehatan.
Sumber foto: Physio Medical Clinic